Bulungan – Meski perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tumbuh dengan cepat dan merambah ke berbagai kalangan, Bupati Bulungan Syarwani meminta agar budaya yang ada harus tetap dilestarikan.
Hal tersebut ia sampaikan saat gelaran lokakarya ekspos hasil penelitian kelompok masyarakat Punan Batu Benau Sajau yang dilaksanakan di Hotel Luminor, Sabanar Lama, Tanjung Selor pada Rabu (31/8/2022).
“Ilmu pengetahuan dan teknologi boleh maju namun identitas sebagai masyarakat yang memiliki budaya di Kabupaten Bulungan ini harus tetap lestari dan eksis,” ucap bupati.
Ia menegaskan, keberadaan masyarakat adat harus dilestarikan untuk mempertahankan seni budaya dan adat yang ada, salah satunya adalah masyarakat adat Punan Batu Benau Sajau, yang merupakan populasi di Bulungan yang tinggal di hutan belantara Bumi Tenguyun.
Bupati juga menegaskan bahwa lokakarya yang dilaksanakan tersebut sebagai penguatan hasil verifikasi dokumen dan verifikasi lapangan yang telah dilakukan Panitia Masyarakat Hukum Adat (MHA) atas permohonan Kelompok Masyarakat Punan Batu Benau Sajau.
“Keberadaan masyarakat adat di wilayah Bulungan sangat luar biasa sehingga pemerintah daerah berkewajiban mempertahankan kelestariannya, salah satunya adalah masyarakat Punan Batu ini,” ujarnya.
Pemerintah daerah kata bupati membuka diri kepada semua pihak, sebagai mitra strategis dalam hal berkolaborasi dan bersinergi dalam upaya memastikan perlindungan terhadap masyarakat adat yang ada di Bulungan.
“Mari kita bersinergi untuk itu,” ajak bupati.
Untuk diketahui Kabupaten Bulungan telah memiliki Peraturan Daerah (Perda) Nomor 12 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan, Pengakuan dan Perlindungan MHA. Kemudian lokakarya yang dilaksanakan dilakukan beberapa paparan.
Pertama paparan bupati tentang kebijakan Kabupaten Bulungan terkait perlindungan MHA, kemudian Penyampaian hasil penelitian antropologi tentang keunikan budaya dan bahasa orang Punan Batu oleh Prof J Stephen Lansing dari Santa Fe Institue, Amerika Serikat.
Selanjutnya penyampaian hasil penelitian tentang persebaran dan perpindahan populasi Punan Batu oleh Dr Guy S Jacobs dari Departemen Arkeologi, Universitas Cambridge, Inggris yang dilanjutkan dengan penyampaian hasil penelitian tentang genetika populasi Punan Batu oleh Dr Pradiptajati Kusuma dari Mochtar Riady Institute for Nanotechnology, Indonesia serta paparan Ketahanan Pangan Masyarakat Adat oleh Ahmad Arif, Penulis Sains, KOMPAS.
Hasil verifikasi dokumen dan lapangan diserahkan Sekretariat dan Tim Verifikasi Lapangan kepada Bidang Advokasi dan Hukum PMHA. Kegiatan dibiayai melalui dukungan Yayasan Konservasi Alam Nusantara dan Profesor Steve Lansing.(prokopim)