Tana Tidung – Didampingi Plt Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Muhammad Sarif dan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalaian Penyakit (P2P) Hanna Juniar, Bupati Tana Tidung Ibrahim Ali menerima sertifikat penghargaan bidang kesehatan yang diserahkan langsung Menteri Kesehatan (Menkes) RI, Budi Gunadi Sadikin di Krakatau Grand Ballroom Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta, Selasa (21/2).
Di dalam acara peringatan Hari Neglected Tropical Diseases (NTDs) Sedunia dengan tema “Tingkatkan Kepedulian untuk Wujudkan Indonesia Bebas Penyakit Tropis Terabaikan’, Pemkab Tana Tidung yang diwakili orang nomor satu di Tana Tidung itu menerima penghargaan karena berhasil menuntaskan Bumi Upun Taka eradikasi (bebas) dari penyakit frambusia.
Frambusia adalah suatu infeksi bakteri jangka panjang (kronis) sejenis koreng yang paling sering mengenai kulit, tulang, dan sendi.
Kepada Radar Tarakan, Kepala Dinkes Tana Tidung M. Sarif melalui Kabid P2P Dinkes Tana Tidung Hanna Juniar mengatakan, meski bebas frambusia, Dinkes Tana Tidung tetap melakukan sosialisasi ke masyarakat terutama soal pola hidup bersih dan sehat.
“Penyakit ini disebabkan oleh bakteri treponema pallidium. Anak anak usia 2 sampai 15 tahun rentan terhadap penyakit ini, karena kebanyakan mereka sering abai dengan kebersihan,” jelas Hanna.
Karena itu, salah satu sasaran sosialisasi dan skrining penyakit adalah pelajar di setiap sekolah. “Kami rutin ke sekolah melakukan skrining, dan selama lima tahun terakhir tidak ditemukan penyakit prambusia,” bebernya.
“Karena itu sebagai daerah bebas frambusia, pemerintah pusat melalui Kementerian Kesehatan memberikan sertifikat penghargaan kepada Bupati, karena berhasil menuntaskan penyakit frambusia,” katanya.
Namun sebelum menerima sertifikat, ada tahapan yang harus dilalui yakni tahapan administrasi kelengkapan laporan selama 5 tahun baik offline dan online; wawancara lintas sektor ke sekolah, kader; penilaian kompetensi nakes pj. Program Frambusia; dukungan anggaran dan kegiatan; dan penilaian sekolah, dan yang ditunjuk mewakili lokus frambusia (Desa Kujau dan Bebakung). “Untuk tahap akhir, penilaian dilakukan KOMLI (Komite Ahli Frambusia),” pungkasnya.(adv)
