Tarakan, kaltarastories.com – Inflasi di Kaltara untuk year on year (yoy) hingga Juli 2022 menunjukkan pada angka 5,72 persen. Menurut seorang ekonom di Kaltara angka inflasi tergolong tinggi.
“Lebih tinggi daripada angka (inflasi) Nasional. Perlu perhatian itu. Menurut Pak Erlangga ada 80 kota kabupaten yang seperti itu,” ungkap Akademisi di Bidang Ekonomi di Kaltara, Dr. Ana Sriekaningsih, SE, MM belum lama ini.
Dengan tingginya angka inflasi, dapat membuat daya beli masyarakat menurun akibat tingginya harga komoditas yang dibutuhkan. Di Kaltara tak dipungkiri sejumlah komodoti mengalami peningkatan harga.
“Kalau inflasi tinggi bisa saja membuat daya beli menurun. Harga-harga naik, bisa dikarenakan adanya biaya transportasi atau karena kelangkaan barang dan bisa juga karena akan adanya hari-hari besar keagamaan,” jelasnya.
Dikatakan Dr. Ana, solusi yang dapat diberikan kepada pemerintah di daerah Provinsi Kaltara, harus bisa budidaya atau memproduksi barang sendiri. Misalkan harga cabai naik, karena terhambatnya suplai. “Ya pemerintah harus antisipasi, bisa menggerakkan penanaman cabai dengan menggandeng instansi serta masyarakat,” jelasnya.
Sejumlah stekholder terkait di Kaltara seperti Bank Indonesia memang telah memantik produksi lokal seperti menanam bawang merah hingga padi. Lagi-lagi, dibutuhkan keseriusan pemerintah daerah dalam mendukung produksi pangan lokal di Kaltara agar inflasi di daerah dapat dikendalikan.
Apakah operasi pasar solusi terdekat untuk menekan angka inflasi yang kian tinggi ini? Lanjut Dr. Ana, bisa juga dikakukan seperti itu. “Untuk menjaga atau mengontrol kenaikan harga,” pungkasnya.(*)
Penulis: Redaksi kaltarastories.com
